Ya Allah, belasan tahun sudah Engkau memberikan
kesempatan untukku berada di bumi Mu nan indah.
Belasan tahun sudah Engkau memberikan begitu
banyak rahmat dan nikmat kepadaku.
Belasan tahun sudah Engkau menjagaku, melalui
sesosok malaikat yang menyerupai bentuk manusia
Serta, belasan tahun sudah malaikat Mu itu selalu
membimbingku menuju jalan yang terbaik.
Namun ya Allah, sampai dengan hari ini aku belum
bisa melakukan apa-apa untuk Mu.
Aku belum bisa memberi kebahagiaan pada malaikat Mu
yang selama ini menjagaku.
Hanya rasa syukur dan terima kasih yang bisa aku
ucapkan, atas apa yang aku dapatkan selama ini.
Izinkan aku untuk bisa memberikan kebahagiaan
kepada malaikat yang selama ini ada di sampingku, yang Kau turunkan untuk
menjagaku, yang mana Kau minta agar aku menyebutnya dengan sebutan “Ibu”.
Ibu, apa yang terlintas dalam benak kita ketika
kita membaca atau mendengar kata itu? Yah tentunya secara otomatis, pikiran
kita tertuju pada sesosok orang yang luar biasa, yang keberadaannya sangat
berpengaruh dalam kehidupan kita. Orang yang mampu membuat orang lain menjadi
orang yang hebat, orang yang dengan kegigihannya, mampu memecahkan kerasnya
dindng-dinding kaca kehidupan yang cukup tebal, orang yang rela berkorban, demi
orang-orang yang dicintainya. Ibu, sosok luar biasa yang terkadang kita anggap
biasa.
Tak akan habis kata, ketika kita membahas tema
mengenai ibu, tak akan kelu lidah ini berucap, ketika kita membahas tema
mengenai ibu, dan tak akan lelah otak ini memikirkan, ketika kita berbicara
mengenai ibu.
Di luar sana, banyak sekali orang yang memiliki pengalaman
luar biasa dengan ibunya, tak dapat dipungkiri lagi, sosok ibu bisa dikatakan
sebagai malaikat yang menjelma manusia, yang dikirim oleh Tuhan untuk menjaga
dan melindungi kita, anak-anaknya. Ibu adalah seorang jendral, yang dengan
kedisiplinannya, mengajarkan kepada anak-anaknya bagaimana menjadi orang yang
hebat, menjadi orang yang disiplin, menjadi orang yang mampu berjuang melawan
kerasnya arus kehidupan. Ibu adalah seorang guru, yang dengan kebijaksanaannya,
mengajarkan anak-anaknya berbagai macam ilmu pengetahuan, agar kita mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang tidak, agar kita mampu menilai, mana
yang harus kita kejar dan mana yang tidak, sekali lagi, agar kita mampu
menimbang, jalan mana yang harus kita pilih dan mana yang tidak. Dan ibu adalah
seorang malaikat, yang dengan kelembutannya, membimbing dan menuntun kita
menuju ke suatu tempat yang indah, yang dengan keikhlasan hatinya, selalu
berusaha memenuhi apapun yang kita butuhkan, dan dengan kesabarannya, selalu
mendampingi kita dalam kondisi apapun.
Sebuah buku, tak akan cukup untuk menuliskan
bagaimana luar biasanya sosok seorang ibu, 7 semester, tak cukup lama untuk
mempelajari bagaimana seorang ibu mampu melakukan hal-hal yang luar biasa, dan
seumur hidup kita, tak akan mampu membalas seluruh jasa-jasanya yang dengan
tulus dan ikhlas, selalu Ia curahkan kepada kita.
Kesempatan kali ini, aku akan bercerita dan
membagikan pengalamanku bersama ibuku, dan semoga cerita yang aku tulis ini
mampu menumbuhkan rasa cinta kita terhadap ibu kita lebih dalam lagi. Aku
dilahirkan dari sebuah keluarga kecil sederhana, yang terdiri dari 4 orang,
namun dengan kesederhanaan inilah aku bisa mengerti arti dan makna dari
kehidupan ini serta lebih mampu menghargai hidup ini. Aku termotivasi dari
kegigihan dan keikhlasan ibuku yang sedari kecil telah merawat dan membimbingku
hingga aku bisa menjadi seperti sekarang. Perjuangan ibu telah dimulai, jauh
sebelum aku mengerti akan arti kehidupan, yakni saat aku dan kita semua masih
dalam kandungannya, dengan penuh keikhlasan, Ia selalu merawat kita dengan
baik, mengusahakan segala yang terbaik, agar aku dapat terlahir menjadi seorang
anak yang hebat. Kesulitan demi kesulitan Ia lalui dengan tetap tersenyum dan
penuh keikhlasan, dan akhirnya, ketika hari ketika aku mulai ingin menampakkan
wajahku ke dunia yang baru ini, ibuku harus berjuang mati-matian untuk bisa
memenuhi keinginanku untuk menatap dan merasakan hangatnya cahaya matahari.
Hari itu, ketika usia kandungan telah sempurna,
dan aku mulai memaksakan untuk cepat-cepat menatap dunia yang lebih luas ini,
ibuku merasakan kesakitan yang luar biasa sakitnya. Tak hanya itu, ibuku harus
berjalan kaki sejauh 5 kilometer pada pukul 2 pagi untuk menuju rumah kakaknya
yang berada di kota, karena pada waktu itu aku terus memaksa ibuku untuk segera
keluar dari rahimnya.
Kita bayangkan saja, dari mulai sebelum kita
dilahirkan, ibu sudah berjuang dengan sekuat tenaga untuk membela kita.
Perjuangannya tak sampai disitu, ketika kita mulai beranjak tumbuh menjadi
seorang anak yang kala itu memiliki rasa keingintahuan yang sangat kuat, dengan
penuh kesabaran, ibu mengajarkan padaku akan bayak hal, sampai akhirnya aku
mengerti apa yang ada di sekitarku.
Ketika aku mulai tumbuh menjadi seorang remaja,
aku memiliki banyak sekali keinginan, namun ibu tak memberikan semuanya begitu
saja, ibu mengarahkan aku, ketika aku memiliki keinginan, maka berusaha adalah
jawaban untuk memenuhi keinginan itu, bukannya menengadahkan tangan seraya
meminta agar keinginan itu dapat terpenuhi. Dengan lemah lembut, ibu
mengajarkanku bagaimana cranya berusaha, hingga akhirnya aku bisa menjadi orang
yang mandiri, yang bisa memenuhi sebagian yang aku butuhkan dengan usahaku
sendiri.
Aku terharu dengan kegigihan ibuku dalam
membimbingku serta membantu ayahku untuk menafkahi keluarga ini. Ibu selalu
mengajarkan kedisiplinan dan ketekunan kepadaku, itu kunci untuk menuju sukses
katanya. Dan benar sekali, banyak hal yang bisa aku dapatkan dengan disiplin
dan tekun. Sekali lagi, ibu menjadi guru terbaik untukku dan menjadi sosok
tauladan yang sikap dan pola pikirnya sangat ingin sekali aku miliki. Ibu
mengajarkanku untuk sabar dan tawakal dalam menghadapi kesulitan, hingga
akhirnya kesulitan itu dapat aku atasi dengan tetap tersenyum ceria. Ibu
mengajarkan kepadaku mengenai kekuatan dari keyakinan, Beliau selalu berkata “
Keyakinan yang kuat akan mendatangkan suatu
keajaiban, dan Allah akan membukakan jalan bagi hambaNya yang yakin.” Kata-kata
itu selalu terngiang dalam benakku, seakan menjadi api penyemangat untukku
dalam mengarungi kerasnya kehidupan yang peuh dengan kompetisi seperti sekarang
ini.
Dan terakhir, dengan do’a dan restu dari ibu lah
akhirnya aku bisa melanjutkan pendidikanku ke perguruan tinggi dan menjadi
seorang mahasiswa dengan status beasiswa. Semua berkat ibu, tak aku pungkiri,
keberadaanku disini saat ini dan keberhasilan yang telah aku raih selama ini,
semua merupakan do’a dari ibuku.
Aku ucapkan, terima kasih ibu, atas apa yang telah
ibu usahakan untukku, biarlah Allah yang membalas seluruh jasa ibu, cukuplah
do’akan aku agar aku bisa memberikan kebahagiaan untukmu dan membawamu ke
surgaNya nanti. Aamiin.
ibu
Reviewed by Nurul Hidayat
on
Desember 20, 2013
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar