PENGOLAHAN HASIL SAMPING PRODUK
PERIKANAN
Industri
pengolahan limbah ikan atau udang adalah industry yang mengolah bahan baku
limbah ikan atau udang menjadi produk olahan yang memiliki nilai lebih tinggi
baik secara ekonomis maupun kegunaanya.
1. PEMBUATAN KERUPUK IKAN
Bahan
: ikan atau udang (perbandingan 1 : 1 dengan tepung tapioca), garam (200gr),
bawang putih (200gr), gula (250gr), telur (3 butir untuk 6 kg).
Cara pembuatan :
-
Udang/ikan dihaluskan sampai menjadi
surimi (daging surimi halus)
-
Kemudian haluskan semua bumbu
-
Campurkan semua adonan dengan
ditambahkan telur
-
Tambahkan air sedikit demi sedikit hingga adonan melumat
-
Kemudian cetak dalam bentuk silinder
dan bungkus dengan daun pisang atau cetakan seng
-
Kukus selama 2 jam atau sampai masak
-
Angkat dan dinginkan selama 2 hari
-
Iris tipis-tipis dan lakukan penjemuran
hingga kering.
2.
PEMBUATAN
PETIS
Bahan
: sari udang pada waktu mengolah ebi atau sari ikan dari pengolahan pindang atau
bisa juga dengan menggunakan daging ikan/udang
Bumbu
: gula pasir / gula merah, garam (bila
perlu), tepung beras (bahan pengisi), dan air tajin untuk memperbanyak hasil
petis dan memperbaiki konsistensi atau teksturnya.
Cara
Pengolahan Petis
1). Petis sari udang
Rebus
udang tanpa dikupas terlebih dahulu selama satu jam, kemudian saring dan ambil
hanya air rebusannya, sedangkan udangnya dijemur untuk dijadikan ebi. Rebus
sari udang dan tambahkan gula merah (500 gr untuk 1 kg udang). Sebelum air
rebusan mengental, disaring lagi untuk memisahkan kotoran-kotoran yang berasal
dari gula merah atau yang lainnya. Rebus kembali dan tambahkan air tajin.
Setelah hamper kental, masukkan garam secukupnya, kemudian masak hingga kental
Apabila
petis kelihatan ada Kristal-kristal gula, perlu ditambahkan air tajin,
sedangkan bila terlalu elastis (seperti lem) perlu ditambahkan gula merah.
2). Petis Daging Ikan
atau Udang
Udang
bassah yang telah dicuci bersih kemudian ditumbuk sampai halus lalu
diremas-remas dengan menggunakan tangan dan ditambahkan sedikit air, remasan
udang disaring untuk diambil airnya. Ampas udang ditumbuk lagi dan diberi air
lalu disaring dan hasilnya ditambahkan pada hasil saringan yang pertama.
Kemudian rebus air hasil saringan dan ditambahkan gula dan garam.
Pekerjaan
selanjutnya sama dengan pengolahan petis sari udang. Mutu petis yang diolah
dengan cara ini biasanya lebih rendah dibandingkan cara pengolahan petis sari
udang.
3.
PENGOLAHAN
MINYAK IKAN
1). Minyak Ikan
Yang
dimanfaatkan adalah lemak ikan yang terdapat di dalam daging ikan atau yang
disimpan di dalam rongga perut ikan. Jenis ikan yang diambil lemaknya, di dalam
hatinya tidak banyak mengandung minyak (hatinya kecil). Ekstraksi dilakukan
dengan pengukusan ikan utuh melalui pemanasan atau proses silase (silage).
Minyak ikan dipisahkan dari air dan dimurnikan. Satu kelompok asam lemak yang
terkandung di dalam minyak yaitu kelompok omega 3,
dipisahkan daari kelompok asam lemak lainnya. Kelompok omega
3 mempunyai khasiat menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dan
mencegah proses penyempitan pembuluh darah manusia, dengan demikian omega 3 memiliki kemampuan mencegah timbulnya serangan
penyakit jantung. Pemanfaatan minyak ikan sebagai obat menjadi sangat penting
untuk dikembangkan.
2). Minyak Hati Ikan ( Fish
Liver Oil )
a. Bahan Mentah
Bahan
untuk membuat minyak hati ikan adalah hati ikan cucut/hiu, ikan pari, atau
kadang-kadang hati ikan tuna. Tidak semua hati ikan cucut mengandung minyak
dengan kadar vitamin A yang tinggi. Yang mengandung minyak dengan vitamin A
yang tinggi adalah jenis cucut permukaan.
Ada
juga ikan cucut yang hidup di kedalaman lebih dari 100 meter, yaitu ikan cucut
botol. Minyak hati ikan cucut botol dimanfaatkan untuk bahan baku produk
kosmetik (yang digunakan adalah kandungan senyawa hidrokarbon yang disebut Squalene).
b. Peralatan
-
Pisau (untuk mencincang hati)
-
langseng (untuk mengukus)
-
pemampat/alat pengepres (untuk memisahkan cairan dengan ampas)
-
Sentrifugal/corong pemisah (untuk memisahkan minyak dengan air)
-
Peralatan Lab. (untuk memurnikan minyak)
c. Cara Pengolahan
-
hati ikan dicuci dan dipotong kecil-kecil
-
kukus hati dalam langseng hingga minyaknya keluar
-
setelah cukup dingin, hati dimampatkan untuk mengeluarkan cairan minyak
-
pisahkan minyak dari air dengan alat sentrifugal/corong pemisah
-
minyak yang diperoleh harus dimurnikan di laboratorium.
4.
PENGOLAHAN
UBUR-UBUR
1). Bahan
-
Ubur-ubur jenis cendol (nama daerah)
-
Garam
-
Tawas kal (SO4)24 H2O
2). Peralatan
-
Tong penggaraman (kedap air)
-
Sikat plastic
-
Tutup dari kayu
-
Pemberat
-
Timbangan
-
Keranjang plastic
3). Proseddur Pengolahan
Ubur-ubur
diberi campuran garam dan tawas masing-masing 35% dan 2% dari berat ubur-ubur.
Penggaraman Pendahuluan
-
Ubur-ubur ditimbang kemudian dicampur
dengan 40% garam dan 50% tawas, sebelum dicampur diaduk hingga merata.
Penggaraman dilakukan sedemikian rupa sehingga ubur-ubur terletak diantara dua
lapisan campuran garam dan tawas dan lapisan atas harus tertutupi oleh garam.
-
Campuran ditutup dengan lembaran papan
dan diberi pemberat secukupnya, sehingga ubur-ubur terendam dalam cairan yang
terbentuk, lalu tong ditutup. Lama penggaraman pendahuluan yaitu sekitar 2 x 24
jam.
-
Keesokan harinya bagian atas susunan
lapisan dipindahkan ke bawah ( dibalik).
Ikan cepat menjadi
busuk dan rusak apabila dibiarkan di udara terbuka (kurang lebih 5 – 8 jam
setelah tertangkap). Penyebabnya karena semua proses pembusukan memerlukan air,
smentara itu 80% dari tubuh ikan terdiri dari air. Cara pengawetan ikan yang
paling mudah adalah pengeringan.
5.
PEMBUATAN
CHITIN DAN CHITOSAN
Khitin
adalah senyawa penyusun rangka atau dikenal sebagai asetil glukosamin yang
berikatan 1,4 beta, yang dapat digunakan sebagai bahan pengisi, pengeras dan
pengental.
Khitosan
adalah khitin yang telah mengalami proses deasetilasi,
yang dapat digunakan sebagai bahan pengisi, pengemulsi untuk kosmetik
dan obat.
Keduanya
berguna sebagai bahan baku untuk produksi pembuatan lensa kontak (soft lens).
Chitin
dan Chitosan merupakan produk turunan dari kulit dan kepala udang atau kepiting
dan dari family Chrustacea lainnya.
Cara
membuat Chitin dan Chitosan
-
Bahan : - Kepala dan kulit udang (40 kg)
-
NaOH 98% (70kg)
-
HCL
98% (10
liter)
-
Cara Membuat
1). Chitin / Khitin
-
cuci bersih limbah udang (kepala dan kulit) yang akan digunakan
-
Potong kecil-kecil (ukuran 1 cm)
-
Rebus dan tiriskan. Air rebusan dapat diolah menjadi petis udang
-
Jemur limbah tersebut dan kemudian digiling (40-60 mesh)
-
Masukan ke dalam larutan HCL 1,25 N dengan perbandingan 1:8 kemudian panaskan
selama 1 jam pada suhu 90o C
-
Cuci sampai bersih padatan yang tersisa hingga PH-nya netral
-
Campur padatan yang telah netral dengan NaOH 35% perbandingan 1:5 kemudian
panaskan selama 1 jam pada suhu 90o C
-
Setelah dingin, padatan dicuci hingga PH-nya netral
-
Keringkan dengan oven (80o C) selama 24 jam atau dijemur di bawah
terik matahari hingga kering
-
Kemas padatan ke dalam plastic, padatan tersebut yang kita namakan dengan
chitin, proses pembuatan chitin telah selesai.
2). Chitosan / Khitosan
-
Campur chitin yang sudah kering dengan NaOH 60% kemudian panaskan selama 90
menit dengan suhu 140o C. (Chitin : NaOH = 1 : 10)
-
pisahkan chitin dan larutan dengan disaring kemudian padatan yang diperoleh
dicuci hingga PH netral
-
Keringkan padatan dengan oven (70o C) selama 24 jam
-
Kemas padatan ke dalam plastic, padatan tersebut yang kita namakan dengan
chitosan, proses pembuatan chitosan telah selesai.
6.
PEMBUATAN
GELATIN
Gelatin adalah protein yang larut yang dapat
bersifat sebagai bahan pembuat gel (gelling agent) atau sebagai non gelling
agent. Ialah produk alami yang diperoleh dari hidrolisis parsial kalogen.
Sumber
bahan baku : 1). Sapi (tulang dan kulit
jangat)
2). Babi (kulit)
3). Ikan
(kulit)
Pemanfaatan : Dalam bidang industry pangan dan
farmasi (bahan pembuat kapsul)
-
Industri non pangan (40%) untuk
pembuatan film/foto
-
Industri pangan (60%) untuk industry
produk jelly, industry daging dan susu (produksi low fat seperti margarin,
makanan fungsional, food supplement).
Pengimpor : Eropa dan Amerika
Kategori gelatin yang ada di pasaran yaitu gelatin
tipe A dan gelatin tipe B. pengelompokan ini berdasarkan jenis prosesnya, yaitu
gelatin A direndam dengan larutan Asam
dan gelatin B direndam dengan larutan Basa.
Proses
perendaman asam => 3 – 4 minggu
Proses
perendaman basa => 3 bulan
Setelah
mengalami perendaman, bahan dinetralkan untuk kemudian diekstraksi/dipekatkan
(evaporasi). Bahan yang telah mengalami pemekatan dikeringkan untuk kemudian
dilakukan proses penggilingan/penghancuran menjadi partikel yang lebih kecil
atau sesuai dengan standar tertentu.
Gelatin
A => berasal dari kulit babi/ikan yang memiliki titik isoelektrik (titik
pengendapan protein) pada PH 7,5 – 9,0
Gelatin
B => biasanya bersumber dari sapi yang titik isoelektriknya pada PH 4,8 –
5,0
7.
PENGOLAHAN
BUBUR IKAN (Fish Silage)
Fish silage atau silase
yang berupa bubur atau pasta ikan kini telah dikembangkan di Indonesia untuk
memenuhi sumber protein hewani, terutama bagi ternak unggas dan hewan
budidaya.permintaan konsumen terhadap produk ini semakin meningkat.
Bubur
ikan jauh lebihh mudah pengolahannya praktis tidak memerlukan energy, murah dan
dapat dilakukan oleh siapapun pada tempat dimanapun. Dalam waktu 2 – 3 hari
misalnya, bubur ikan dapat langsung digunakan. Selain untuk campuran pakan
ternak di darat, bubur ini juga sudah berhasil dicoba untuk dicampurkan dalam
pellet untuk pakan ikan mas.
a. Bahan
Segala jenis ikan
termasuk limbahnya ditambah dengan asam-asam formiat dan asam propionate untuk
pengolahan secara khimis. Juga ragi (starter) yang mengandung bakteri asam
laktat untuk pengolahan dengan proses fermentasi.
b. Alat
Pisau, gilingan
daging, talenan, ember plastic/fiber
c. Cara Pengolahan
1). Secara
khemis/kimia
- ikan dicincang dan
digiling
- kemudian tambahkan
3% campuran asam for,iat dan asam propionate (masing-masing 1,5%) lalu diaduk
secara teratur
- setelah 3 – 4 hari,
hasilnya sudah dapat dimanfaatkan
2). Secara Fermentasi
- ikan dicincang atau
digiling
- kemudian tambahkan
ragi atau starter dan diaduk-aduk
- setelah 5 – 7 hari
fermentasi sudah cukup, hasilnya sudah dapat dimanfaatkan
Manfaat fermentasi yang memanfaatkan peran mikroba sebagai perombak
1). Meningkatkan
kandungan protein
2). Menurunkan
kandungan serat kasar
3). Menurunkan
kandungan tanin (zat penghambat pencernaan)
Tujuan atau fungsi fermentasi
1). Meningkatkan rasa
daging ikan
2). Membentuk tekstur
yang diinginkan
3). Mengontrol
pertumbuhan Microorganisme, yaitu merangsang pertumbuhan Microorganisme yang
diinginkan berperan dalam proses fermentasi dan menghambat pertumbuhan
Microorganisme pembusuk dan pathogen.
8.
KECAP
IKAN
1). Deskripsi Kecap Ikan
a).
Produk hasil fermentasi ikan
b).
Warna bening kekuningan sampai coklat muda
c).
Rasa asin
d).
Banyak mengandung senyawa-senyawa nitrogen
e).
Mengandung mineral yang penting bagi tubuh (NaCL / garam kalsium)
f).
Kandungan gizi tinggi karena mengandung nitrogen
g).
Mengalami proses hidrolisis (penguraian senyawa air).
2). Mikroorganisme yang terlibat dalam proses fermentasi (kecap
ikan)
a).
Tahap awal fermentasi adalah Bacillus sp, terutama Bacillus Coagilame, Bacillus
Megaterium, Bacillus Subblitis
b).
Pada pertengahan fermentasi adalah Staphylococcus Epidermis, Bacillus Lincheniformis,
Micrococcus Calpogenes
c). Pada akhir
fermentasi adalah Micrococcus Varians dan Micrococcus Saprophyticu.
Akan menghasilkan
enzim yang mampu mendegradasi komponen dalam tubuh ikan menghasilkan senyawa
yang khas pada produk.
Degradasi
adalah penguraian senyawa yang berhubungan dengan zat gizi pada bahan pangan
tersebut.
Jumlah Mikroba yang
terdapat dalam kecap ikan akan berkurang semakin lamanya proses fermentasi ,
terjadi karena terbentuknya asam.
9.
TERASI
Deskripsi Terasi
a).
Hasil perikanan sebagai usaha pemanfaatan ikan/udang kualitas rendah
b).
Berbentuk pasta
c).
Bahan dasarnya ikan segar atau limbah
d).
Dapat digunakan untuk campuran membuat sambal atau masakan lain
e).
Kandungan padatan (protein, Ca, dsb) 27
– 30%, air 50 – 70% dan garam 15 – 20% (untuk terasi udang)
f).
Kandungan protein 20 – 45%, air 35 – 50%, garam 25%, komponen lemak (jumlah
kecil), Vitamin B12 cukup tinggi (untuk terasi ikan)
g).
Microba yang ditemukan pada produk akhir adalah Micrococci sp.
h).
Penurunan jumlah Microba jenis Flavobacterium sp, Achromobacter sp, pseudomonas
sp, Bacillus sp dan Sarcina sp.
i).
Unsur Nitrogen pada ikan lebih banyak dari pada udang.
Cara pengolahan terasi
a).
Udang kecil dicuci bersih
b).
dijemur selama 1 – 2 hari
c).
Penghancuran dan penggaraman (13%)
d).
Pembentukan gumpalan-gumpalan
e).
Penjemuran dan penghancuran (3 – 4 hari)
f).
Penggumpalan
g).
Pembungkusan dengan daun pisang
h).
Fermentasi 20 – 30o C (1 – 4 minggu)
i).
pembuatan terasi telah selesai.
10. IKAN PEDA
Ikan peda biasanya terbuat dari jenis ikan
kembung (jantan dan betina) Rastrelliger
Spp. Ikan peda mempunyai cita rasa khusus yang disukai konsumen. Peda yang
baik berwarna merah kecoklatan akibat oksidasi lemak ikan. Bau peda yang khas
diperkirakan berasal dari senyawa Methyl Keton (Mackie.et.all.1971).
Cara Pengolahan Ikan Peda
a). Isi perut dibuang melalui rongga insang
(ditarik bersma insangnya)
b).
Dicuci dan digarami, dengan perbandingan ikan : garam = 3 : 1 atau 25 – 30%
dengan lama penggaraman berkisar antara 1 – 2 hari
c).
Ikan dicuci lagi sambil dipisahkan kelebihan garamnya
d).
Tiriskan dan kemas ke dalam peti yang dialasi daun pisang kering, simpan di
tempat teduh. Disini akan terjadi proses maturasi (maturation) yang berlangsung
dalam keadaan anaerob
e).
Penyimpanan diteruskan sampai tercium bau peda yang khas
f).
Pengemasan harus sedemikian rupa sehingga ikan peda kelihatan agak kering.
Proses maturasi dianggap selesai apabila tekstur dagingnya telah lembut
(seperti masir) dan warnanya merah kecoklatan dengan PH 6,0 – 6,4.
pengolahan hasil samping produk perikanan
Reviewed by Nurul Hidayat
on
Juni 07, 2013
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar