Penanganan Hasil Perikanan Di Tempat Pendaratan Ikan
Penanganan ikan di tempat Pendaratan
ikan atau TPI dilakukan oleh ABK kapal ikan, petugas pemasaran (lelang) dari
TPI, pedagang ikan segar atau pengolah ikan yang membeli bahan bakunya langsung
di TPI. Biasanya hasil-hasil perikanan yang di daratkan di TPI sudah mengalami
sortasi jenis dan ukuran atau perlakuan-perlakuan sejak masih di kapal. Dengan
demikian pada saat hasil perikanan di daratkan maka tinggal diadakan pelelangan
atau penjualan. Ikan-ikan di tempatkan pada keranjang plastik menurut
jenis dan ukurannya. Pada keranjang-keranjang plastik yang berisi ikan diberi
es untuk menghindari kenaikan suhu yang cepat. Pelelangan
dilakukan pada pagi atau sore hari. Pelelangan pada waktu siang hari jarang
dikerjakan dan sebaiknya dihindari karena suhu pada waktu siang hari cukup
tinggi sehingga kerusakan ikan dapat dihindari (Hadiwiyoto, 1993).
Penanganan
ikan sejak ditangkap atau dipanen , kecuali untuk ikan hidup, kering dan
lain-lain yang tidak membutuhkan pendingin harus disimpan dalam es yang terbuat
dari air bersih dengan butiran-butiran es yang tidak melukai dengan
perbandingan
ikan dan es minimum 1 : 1 (1 kg ikan dengan 1 kg es) selama perjalanan sehingga
dapat menjamin sesampainya di tempat pendaratan masih tersisa es dalam jumlah
yang cukup banyak (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2003).
Menurut
Direktorat Jenderal perikanan Tangkap (2004), Kegiatan penanganan hasil
perikanan di TPI meliputi : pembongkaran ikan hasil tangkapan dari kapal ke dermaga, pengangkutan
hasil tangkapan dari dermaga bongkar ke ruang tempat pelelangan ikan (TPI) atau
ke chilling room tempat penyimpanan, penyimpanan dan pembongkaran ke dan dari chilling room, penataan
pemajangan ikan di TPI,
pelaksanaan
lelang, pemindahan ikan
dari tempat pemajangan ke wadah pembeli (pemenang lelang) dan pengangkutannya
ke kendaraan pengangkut milik pembeli.
Setelah sampai di TPI, ikan-ikan hasil tangkapan langsung dipindahkan ke
wadah pelelangan yang dipersiapkan. Untuk TPI yang mempunyai fasilitas yang
kurang memadai, ikan-ikan hasil tangkapan tersebut ditumpahkan langsung ke
lantai los pelelangan. Proses pelelangan ini harus berlangsung pada pagi atau
sore hari untuk menghindari suhu lingkungan yang terlalu tinggi. Ikan-ikan yang
telah selesai dilelang harus secepatnya dipindahkan ke wadah-wadah pengangkutan
untuk didistribusikan ke pabrik pengolahan atau pasar induk (Junianto, 2003).
Ikan pelagis kecil umumnya merupakan
hasil tangkapan yang bersifat meruah (bulky),
serta memiliki kulit dan tekstur daging yang mudah rusak. Disamping itu
mempunyai kadar lemak yang relatif tinggi sehingga mudah sekali mengalami
kerusakan mutu. Tingginya suhu dan kelembaban di daerah tropik seperti
Indonesia akan lebih mempercepat proses penurunan mutu. Jika ikan tertangkap
dalam keadaan perut kenyang (feedy)
penurunan mutu akan berlangsung lebih cepat lagi karena ikan akan cepat
mengalami pecah perut (belly burst).
1.
Cara Penyimpanan di Palka
Palka ikan adalah ruangan didalam
lambung kapal yang digunakan untuk menyimpan ikan yang tertangkap. Sesuai dengan fungsinya, konstruksi palka
harus dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan pekerjaan (Murniyati dan
Sunarman, 2000). Oleh karena itu standar
penilaian ukuran kapal tidak saja dilihat dari ukuran kapal secara fisik tetapi
juga dilihat dari kemampuan kapal tersebut beroperasi dan menangkap ikan
sebanyak mungkin serta kecanggihan peralatan yang digunakan (Junianto, 2003).
Pengunaan es untuk mengawetkan ikan didalam kapal, merupakan
penanganan yang paling baik. Sebab es
disamping sebagai media pengawet, bagi kapalnya sendiri tedak memerlukan
fasilitas yang mahal. Cara pemberian es pada ikan bisa dilakukan dengan
berbagai macam cara tergantung dari jarak penangkapan. Penyimpanan ikan didalam
palka yang menggunakan es sebagai media pengawet dilakukan dengan berbagai cara
yaitu :
Shelfing
Cara
pengesannya adalah palka pada bagian bawah dan samping diberi lapisan es,
kemudian ikan diatur diatasnya, diberi es diatasnya. Demikian seterusnya dan
dibagian yang teratas diberi lapisan es lagi.
Bulking
Cara
pengesannya adalah ikan dan es dicampur agar kontak bisa sempurna. Pengaturan
es dan ikan tersebut dimasukkan ke dalam palka yang disekat dengan sekat-sekat
hidup atau bisa dilepas. Tebal tumpukan ikan dan es jangan lebih dari 40 cm.
Jika tumpukan berlebihan akan merusak ikan yang ada di bagian bawah, akibat ada
tekanan berat dari ikan diatasnya.
Boxing
Cara
ini ialah ikan yang sebelumnya telah diatur dalam peti dan dicampur dengan es,
kemudian disimpan dalam palka. Penumpukkan peti-peti didalam palka hendaknya
diatur agar tumpukkan satu dengan lainnya masih ada rongga, ini dimaksudkan
agar selalu ada sirkulasi udara sekeliling peti-peti tersebut. Dan penggencetan
pada lapisan ikan di bagian teratas peti dengan dasar peti diatasnya supaya
dihindarkan.
Menurut Ditjen Tangkap (2007), palka ikan dikategorikan
dalam dua jenis, yaitu :
Palka dipasang
secara tidak permanen
Palka dipasang secara tidak permanen ialah
palka yang penempatannya tidak permanen (dapat dipindah-pindahkan) yang dapat
dibuat di darat dan konstruksinya dapat
dibongkar-pasang. Pada umumnya digunakan pada kapal-kapal berukuran kecil (< 10 GT) dengan kapasitas
volume ruang palka ikan yang juga relatif kecil. Contohnya : cool box
Palka dipasang
secara permanen (tetap)
Palka dipasang secara permanen ialah
palka yang penempatannya permanen (tetap) yang pembuatannya dilakukan di dalam
kapal dan konstruksinya biasanya menyatu dengan lambung kapal. Pada umumnya
digunakan pada kapal yang berukuran sedang sampai besar dengan kapasitas volume
ruang palka ikan yang relatif besar.
Ruang palka berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil tangkapan agar tetap terjamin mutu
kesegarannya sejak tertangkap sampai
tiba di tempat pendaratan (pelabuhan perikanan), oleh karena itu ruang
palka harus mempunyai dinding insulasi
(Ditjen Tangkap, 2007).
Menurut Ditjen Tangkap (2007) faktor yang mempengaruhi
desain dan konstruksi palka berinsulasi adalah:
Faktor-faktor rancang
bangun palka pada kapal perikanan :
Meliputi
Tipe kapal/alat
tangkap, Kecepatan kapal, jalur pelayaran/penangkapan, sistem insulasi, sistim pendinginan yang
digunakan, jenis hasil tangkapan, tata letak dan stabilitas kapal, ambang palka (lubang palka), ambang palka (lubang palka) diameter 0,60
meter, tinggi 0,20 meter
untuk kapal yang panjangnya ≤ 10 meter serta tinggi 0,50 meter kapal yang
panjangnya ≥ 17 meter,
dilengkapi dengan
tutup palka.
Papan bagian luar
Meliputi
bahan dari kayu,
fiber glass, kayu yang dilapis fiber glass, multipleks, atau sesuai dengan
material kasko kapal,
ukuran ketebalan
papan 10 – 30 mm, panjang papan
disesuaikan dengan rencana atau jarak gading, ukuran papan geladak 45 – 55 mm, dipasang dengan kontruksi membujur, ukuran panjang geladak sesuai dengan
perencanaan, dilapisi fiber glass,
filter matte dan perekat resin.
Lapisan penahan uap air
Meliputi
Terbuat dari bahan
plastik dengan ketebalan 0,50 – 0,80 mm, dipasang antara papan dan instalasi (membungkus
instalasi), ukuran Panjang dan
lebar disesuaikan dengan perencanaan.
Insulasi
Meliputi
bahan insulasi
antara lain styrophore foam, polyurethane foam, glasswool, carbonized cork,
reinforced concreate, ketebalan insulasi 50 – 140 mm.
Papan bagian dalam
Meliputi ukuran ketebalan papan 10 – 30 mm, dipasang dengan konstruksi membujur, dilapisi fibre glass, filter matte dan
perekat resin.
Permukaan palka
Meliputi
pemasangan seluruh permukaan palka bagian dalam, terbuat dari bahan almunium/stainless steel
dengan ketebalan 1 mm,
permukaan palka
yang terbuat dari fibreglas ukuran ketebalannya
2 – 3 mm, permukaan palka
harus halus dan mudah dibersihkan.
Sekat palka
Meliputi sekat dipasang
arah memanjang dan melintang, dinding sekat papan kayu ukuran ketebalan 10 – 30 mm, tebal insulasi 35 – 40 mm, lapisan penahan uap air lembaran plastik
0,8 mm , lapisan fibreglass pada
sekat dengan ketebalan 2 mm, dilengkapi dengan alat penutup dan pembuka saluran
pembuangan, pada setiap sudut
palka dan beberapa bagian ruangan insulator diberi penguat kayu kaso, agar
konstruksi palka lebih kuat.
Gambar 2.
Komponen palka berinsulasi
Gambar 3. Konstruksi palka berinsulasi
Sistem Drainase
Meliputi sistim pembuangan air lelehan es harus
cukup lancar sehingga mencegah terendamnya
oleh air yang kotor, pembuangan air lelehan es melalui pipa dari permukaan
bawah palka sampai dengan tempat
pembuangan air di kamar mesin, ukuran pipa yang digunakan 1/2 atau 3/4 inchi.
2.
Pengesan Ikan
Bahan yang digunakan sebagai media
pendingin yakni berupa es memiliki fungsi untuk mempertahankan kesegaran ikan.
Untuk mendapatkan hasil ikan yang mempunyai kesegaran yang baik, perlu
diperhatikan jumlah es yang digunakan dan lamanya pengesan. Banyaknya es yang
digunakan atau rasio antara banyaknya es dan banyaknya ikan yang didinginkan
merupakan faktor yang menentukan. Hal ini menyangkut suhu ikan yang ingin
dicapai. Jika rasionya kecil, suhu yang dicapai tidak cukup rendah untuk tetap
mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang lama. Sebaiknya jika rasionya
terlalu besar akan dapat menyebabkan ikan dapat rusak secara fisik, karena
himpitan atau tekanan dari bongkahan atau pecahan es yang digunakan. Pada
prinsipnya es yang ditambahkan harus dapat menurunkan suhu ikan sampai 0 oC,
kemudian mempertahankan suhu tersebut selama penyimpanan (Hadiwiyoto, 1993).
Cara
yang ideal untuk mencampur ikan dengan es ialah dengan membuat lapisan es pada
dasar, kemudian diatasnya diletakkan selapis ikan. Berikutnya, dibuat lapisan
es dan ikan berganti-ganti dan ditutup dengan lapisan es sebagai lapisan
teratas. Ikan tidak boleh menyinggung dinding wadah antara ikan dan wadah harus
diberi es.
Tabel 3.
Pengaruh Ukuran Es terhadap Kecepatan Pendinginan
Jumlah es yang dipakai
|
Lama Pendinginan
|
||||
Potongan es besar (10x10x10 cm)
|
Potongan es sedang (4x4x4 cm)
|
Potongan es kecil (1x1x1 cm)
|
|||
100% dari berat ikan
75% dari berat ikan
50% dari berat ikan
|
154 menit
161 menit
192 menit
|
134 menit
137 menit
164 menit
|
89 menit
95 menit
120 menit
|
||
(Murniyati & Sunarman, 2000)
Pengesan
ikan, sebaiknya menggunakan hancuran es yang lembut yang terbuat dari air
bersih atau es curai supaya himpitan atau tekanan pada ikan dapat dikurangi.
Hancuran es yang digunakan harus dapat menutupi seluruh ikan yang didinginkan.
Cara pemberian es hanya pada bagian atas permukaan akan menghasilkan produk
yang kurang baik karena distribusi suhunya tidak merata. Jika jumlah ikannya
banyak, pemberian hancuran es dilakukan dengan cara menyusun ikan dan es
bergantian sehingga membentuk lapisan-lapisan antara es dan ikan. Lapisan yang
terbawah dan teratas adalah lapisan es. Es bekas tidak boleh digunakan lagi
untuk tujuan ini. Pendinginan ikan dapat pula dilakukan dengan air laut yang
direfrigasikan sehingga dengan usaha pendinginan tersebut suhu ikan dapat
mencapai sekitar 0
oC. Apabila digunakan wadah untuk tempat ikan, maka jumlah ikan dan
es yang diisikan jangan berlebihan, agar tidak memungkinkan tergencetnya ikan
apabila wadah-wadah tersebut disusun. Ikan yang ditangkap pada saat yang
berlainan harus dipisahkan pengesannya dalam wadah-wadah yang diberi kode dan
tanggal sehingga mudah diketahui mutunya pada saat dibongkar dan dilelang
(Hadiwiyoto, 1993).
3.
Pembongkaran Ikan
Pembongkaran hasil tangkapan merupakan
tahap yang sangat kritikal terhadap mutu ikan berhubung ikan tersebut
dihadapkan pada faktor suhu dan waktu selama pembongkaran. Oleh karena itu
pembongkaran hasil tangkapan harus dilaksanakan dengan cepat dan baik tanpa
penundaan, sehingga ikan tidak mengalami penurunan mutu yang gawat selama
berlangsungnya kegiatan pembongkaran (Pusat penelitian dan pengembangan
perikanan, 1994).
Penanganan ikan sejak pembongkaran di
pelabuhan atau di pelelangan selanjutnya juga memegang peranan penting guna
mempertahankan mutu ikan segar (Moeljanto, 1992). Langkah-langkah yang perlu
diperhatikan dalam pembongkaran ikan adalah : Pembongkaran
dilakukan dengan hati-hati dan sedapat mungkin tidak memakai sekop atau garpu
untuk menghindari luka/memar pada tubuh ikan,Pisahkan es
dari ikan untuk memudahkan penimbangannya. Setelah ikan
ditimbang harus segera di beri es lagi, wadah (container)
sebaiknya dibuat dari bahan-bahan yang mudah dibersihkan, seperti aluminium,
stainless steel, plastik keras tetapi tidak mudah pecah, atau peti kayu yang
ringan, kuat dan mudah dibersihkan (isinya kira-kira 25 - 30 kg), ikan-ikan jangan dibiarkan terkena sinar matahari
langsung, dan selalu tambahkan esnya bila lama menunggu saat pelelangan,
pengangkutan atau pengolahan. Kalau terlalu lama, sebaiknya disimpan di kamar
dingin (chilling room).
Pelabuhan yang besar volume kegiatannya, penggunaan
konveyor pelabuhan, pompa ikan atau lainnya guna pembongkaran ikan dari kapal
akan mempercepat operasi. Penggunaan konveyer ini memungkinkan inspeksi ikan
yang didaratkan, membebaskan es dari ikan, menyemprot dan mencucinya, lalu
menyalurkannya melalui timbangan pencatat berat otomatik menuju pelelangan.
Pembongkaran muatan jangan mencampurkan hasil dari tangkapan yang berbeda
harinya, karena akan menurunkan nilai ikan yang lebih tinggi mutunya. Oleh
karena itu perlu adanya catatan dan rencana penyimpanan dalam palka untuk
menghindarkan kemungkinan pencampuran (Ilyas, 1983).
Penanganan Ikan di pantai
Reviewed by Nurul Hidayat
on
Mei 26, 2013
Rating:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar