Bidadari Edisi Spesial

Bidadari Edisi Spesial

Bidadari itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat yang sangat pemalu.

Ini adalah kisah tentang bidadari edisi spesial yang Allah ciptakan khusus untuk Umar. Ya bidadari spesial, bidadari yang lain daripada yang lain, yang Allah ciptakan atas dasar permintaan dari sahabat Rasulullah ﷺ yaitu Ummar Bin Khaththab ra.

Engkau kenal Umar bin Khaththab? Ada apa dengan Umar?

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam sering kali menceritakan kepada para sahabat mengenai perjalanannya Mi’raj menghadap Allah Ta’ala. Beliau sering pula menceritakan keadaan surga yang dijanjikan Allah kepada para sahabat.

Suatu hari ketika Rasulullah dimi’rajkan menghadap Allah, malaikat Jibril ‘alayhissalaam memperlihatkan kepada Beliau ﷺ taman-taman surga.

Rasulullah melihat ada sekumpulan Bidadari yang sedang bercengkerama. Namun ada seorang bidadari yang begitu berbeda dari bidadari lainnya. Bidadari itu menyendiri dan tampak sangat pemalu.

Rasulullah bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril ‘alayhissalaam bidadari siapakah itu”?

Malaikat Jibril Menjawab, “Bidadari itu diperuntukkan bagi sahabatmu, Umar radhiyallaahu ‘anhu. Pernah suatu hari ia membayangkan tentang surga yang engkau ceritakan keindahannya.

Ia menginginkan untuknya seorang bidadari yang berbeda dari bidadari lainnya. Bidadari yang diinginkannya itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat yang sangat pemalu.

Karena sahabatmu itu selalu memenuhi kehendak Allah Ta’ala, maka saat itu juga Allah Ta’ala menjadikan seorang bidadari untuknya sesuai dengan apa yang dikehendaki hatinya.”

Subhanallah. Begitulah bidadari edisi special itu diperuntukkan hanya bagi Umar, seorang sahabat yang sangat ditakuti setan.

Bila Umar lewat, maka setan menyingkir, lari terbirit-birit karena saking takutnya.

Sumber; buku New Quantum Tarbiyah (karya Ustadz Solikhin Abu 'Izzuddin)