banner image

Indahnya purnama di pedesaan


Malam itu langit terlihat begitu cerah, gerombolan awan saling beriringan, berpindah-pindah mengikuti arah angin yang membawa mereka. Bulan dan bintang juga bersinar dengan terangnya, memancarkan sinarnya yang indah ke seluruh bagian permukaan bumi yang sedang berhadapan dengannya. Tak kalah indah, kelipan cahaya dari bintang-bintang yang berkilauan di langit pun seolah hendak menyapa penduduk bumi dengan kebahagiaannya.

Oh, rupanya malam itu adalah malam bulan purnama. Malam dimana bulan terlihat dan bersinar secara penuh. Malam-malam yang biasanya sunyi pun menjadi berubah, tak seperti biasanya. Kesunyian itu terpecah oleh riuh riang suara anak-anak kecil yang sedang bermain dengan gembiranya, seraya menikmati indahnya malam bulan purnama yang cukup terang.

Pada malam itu yang juga tepat sabtu malam atau malam minggu, kebahagiaan dan keceriaan terpancar dari wajah-wajah mungil anak-anak desa yang sedang bermain permainan-permainan tradisional dengan asiknya, ditengah terang bulan sambil ditemani suara hembusan angin yang sejuk meyapa jiwa. Aku tidak ikut bermain, aku hanya duduk di sekitar mereka sambil melihat dan mengawasi mereka, bukan karena aku tak mau ikut bermain, tapi aku hanya takut mengganggu kebahagiaan mereka, karena jelas, aku bukan anak-anak lagi.

Malam yang dingin pun terasa menjadi lebih hangat, oleh karena kebahagiaan yang terpancar dari setiap anak-anak yang sedang bermain bersama di malam itu. Berbagai macam permaianan, mereka mainkan bersama dengan riangnya. Hingga rasa lelah pun seperti tak dirasa oleh anak-anak yang mungkin masih berusia sekitar 7 sampai 11 tahun.

Bahkan, karena terlalu asik bermain, kami tidak sadar bahwa waktu juga terus berjalan, mengiringi setiap permainan yang mereka mainkan. Tak terasa bulan terang itu sudah berada hampir lurus, sejajar dengan kepala kami, itu artinya waktu hampir menunjukan tengah malam. Sang waktu seolah bisa merasakan keceriaan dan kebahagiaan yang dipancarkan oleh anak-anak itu, hingga ia tak berani untuk mengingatkan kami, bahwa waktu sudah larut malam.

Tak lama berselang, orang tua kami yang sedang asik bercengkrama sedari tadi, mulai memanggil mereka, meminta kami untuk menyelesaikan permainan mereka dan segara beristirahat. Karena masih ada hari esok yang harus kami jalani dengan penuh semangat dan keceriaan.

Aku juga demikian, bergegas bangkit dari dudukku dan menuju ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Setelah itu aku mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat sunnah witir. kemudian aku membaringkan tubuhku di atas kasur, berdo’a dan mencoba untuk memejamkan mataku. Namun anehnya, mata ini seakan belum mau tertutup, fikiran ini terus melayang, membayangkan aktivitas-aktivitas dan permaian-permainan yang mereka mainkan malam ini, masih terngiang suara dari tawaan mereka, dan masih tergambar jelas keceriaan yang terpapar di wajah-wajah lucu mereka. Rasanya pengalaman seperti ini tak akan mungkin bisa aku lupakan.

Dalam hati berkata, apakah esok nanti aku masih memiliki kesempatan untuk bisa berjumpa dengan moment seperti ini, karena aku tahu, kematian adalah hal yang sangat dekat dengan seluruh mahluk Allah yang bernyawa. Aku terus dan terus memikirkan hal itu, hingga akhirnya tak terasa mata ini pun sudah tak sanggup untuk mempertahankan kelopak mata untuk terus terjaga. Seolah-olah ia menyuruhku untuk pergi tidur.

Tapi tak apa, mata ini pun memiliki hak, dan ketika ia sudah meminta haknya, maka harus kita berikan. Aku biarkan mata ini untuk beristirahat, namun sebelum aku menutup mataku, aku berdo’a dengan penuh harap kepada Sang Khalik, agar aku masih diberikan kesempatan untuk tinggal di bumiNya dan bangun di esok pagi dengan senyuman manis terpasang dengan baik di wajah ini. Udara malam yang sejuk membuatku semakin merasa nyaman, aku berharap esok hari aku memiliki jutaan semangat dan kebahagiaan agar bisa aku bagikan kepada semua orang yang aku jumpai. Seiring do’a yang terucap tersebut, mata ini mulai merapatkan kedua sisi kelopaknya dan menguncinya, membawaku kepada kenyamanan dan mengantarkanku ke alam mimpi. Hingga Allah bangunkan aku di sepertiga malamku.

Indahnya purnama di pedesaan Indahnya purnama di pedesaan Reviewed by Nurul Hidayat on Agustus 07, 2015 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.