I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Histamin adalah racun yang terdapat pada
seafood yang dapat terjadinya keracunan Histamin
Fish Poisoning (HFP). Walaupun tidak secara menyeluruh tetapi histamine ini
ditemukan pada keluarga Scombridae dan Scombresocidae yang meliputi tuna dan
mackerel. Hal ini dikarenakan kedua jenis ikan ini memiliki tingkat asam amino
histidin yang tinggi pada dagingnya yang secara alami mengalami perubahan dari
histidin menjadi histamine akibat adanya aktivitas bakteri. Histamin
merupakan senyawa turunan dari asam amino histidin yang banyak terdapat
pada ikan. Asam amino ini merupakan salah satu dari sepuluh asam amino
esensial yang dibutuhkan oleh anak-anak dan bayi tetapi bukan asam amino
esensial bagi orang dewasa. Di
dalam tubuh kita, histamin memiliki efek psikoaktif dan vasoaktif. Efek
psikoaktif menyerang sistem saraf transmiter manusia, sedangkan efek vasoaktif-nya
menyerang sistem vaskular. Pada orang-orang yang peka, histamin dapat
menyebabkan migrain dan meningkatkan tekanan darah.
Histamin
tidak membahayakan jika dikonsumsi dalam jumlah yang rendah, yaitu 8 mg/ 100 gr
ikan. Keracunan ini biasanya akan timbul karena tingginya kadar histamin
yang terdapat pada ikan yang kita konsumsi. Menurut FDA (Food and Drug
Administration) keracunan histamin akan berbahaya jika
seseorang mengkonsumsi ikan dengan kandungan histamin 50 mg/100 gr ikan.
Sedangkan kandungan histamin sebesar 20 mg/ 100 gr ikan, terjadi karena
penanganan ikan yang tidak hiegenis. Batas ambang maksimal kandungan histamine
yang masih dapat ditoleransi untuk dikonsumsi maksimal sebanyak < 100 ppm,
namun pada beberapa orang yang mengkonsumsi ikan dengan kandungan histamine 50
ppm ada juga yang mengalami gejala keracunan seperti gatal-gatal, pusing, mual
bahkan muntah. Jika kadar histamine pada ikan sudah mencapai bahkan melebihi 100
ppm maka ikan hampir dipastikan tidak layak untuk dikonsumsi karena dapat
menimbulkan alergi atau gejala keracunan pada konsumen yang memakannya.
Berdasarkan data statistik perikanan
tangkap tahun 2009 sebanyak 3.447.951 kg dari produksi ikan yang masuk dan
didaratkan di PPN Palabuhanratu adalah jenis ikan golongan Scrombroidae (ikan berdaging merah) seperti : Tuna, Tembang,
Cakalang, Tongkol, Layang, Cucut, Kembung, Lisong, dll. Oleh karena itu,
pengujian terhadap ikan-
ikan scrombroidae
yang ada di wilayah PPN Palabuhanratu dan sekitarnya harus selalu dilakukan
secara berkala untuk mengetahui & memantau ikan yang berada di pasaran
apakah mengandung histamine yang melebihi batas ambang atau masih dapat dikategorikan
aman untuk dikonsumsi.
1.2.
Tujuan Pelaksanaan Kegiatan
Tujuan pelaksanaan kegiatan ini
adalah :
1) Mengetahui kandungan
histamin yang terdapat pada ikan segar maupun ikan olahan golongan Scromboidae yang terdapat di wilayah PPN
Palabuhanratu dan sekitarnya.
2)
Sebagai
bahan acuan dalam penerapan kebijakan bagi Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Instansi terkait khususnya
dalam rangka peningkatan mutu hasil
perikanan dan keamanan pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat.
II. METODOLOGI
2.1. Nama Kegiatan
Nama Kegiatan adalah pengujian Histamin pada ikan segar di
wilayah Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu dan sekitarnya.
2.2.
Dasar Pelaksanaan Kegiatan
Dasar pelaksanaan pengujian Histamin pada ikan yang berasal
dari Nelayan, Pedagang, serta Pengolah Ikan di Palabuhanratu adalah :
1. UU
Perikanan nomor 31 Tahun 2004 sebagaimana telah disempurnakan dalam UU No.45
Tahun 2009.
2. Surat Keputusan Kuasa
Pengguna Anggaran PPN Palabuhanratu No: 04/KPA.PPNP/
OT.200 / I / 2012 Tentang Penunjukan
Petugas Pembinaan Mutu
Pada Program Pengembangan Sumberdaya
Perikanan PPN Palabuhanratu.
2.3.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan pengujian dilaksanakan pada bulan Juli 2012. Tempat
pelaksanaan kegiatan pengujian dilakukan di Laboratorium Bina Mutu Hasil
Perikanan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu.
2.4. Bahan
dan Alat
Bahan uji (sample) yang digunakan untuk kegiatan
pengujian mutu adalah ikan tongkol segar dan
Pindang Cakalang yang didapat dari
wilayah PPN Palabuhanratu sedangkan Bahan (media dan Reagensia) yang dibutuhkan
untuk pengujian antara lain:
-
1 x
microtitter plate 96 well (strip dan 8 well yang dapat dilepas);
-
6 x
larutan standar (0.0 ppm ; 2.5 ppm ; 5 ppm ; 10 ppm ; 20 ppm ; 40 ppm) dengan
volume masing-masing 0.9 ml siap digunakan;
-
6 x 8
kolom ion exchanger;
-
1 x
elution buffer volume 50 ml siap digunakan;
-
1 x
washing buffer volume 50 ml ( 10 fold concentration);
-
1 x
reagent pewarna 1 (volume 5.4 ml);
-
1 x
reagent pewarna 2 (volume 5.4 ml);
-
Isopropanol;
-
Aquabidest
( Air destilasi );
-
Siapkan
Isopropanol dengan konsentrasi 70 % (dengan pencampuran 70 ml isopropanol murni
ditambahkan 30 ml aquabidest).
Jenis-jenis ikan segar yang diuji adalah
seperti pada tabel 1.
Tabel 1 : Jenis-jenis sampel ikan segar yang akan diuji
IKAN SEGAR
|
Tongkol
|
Tabel 2 : Jenis-jenis sampel ikan olahan yang
akan diuji
IKAN Olahan
|
Pindang Cakalang
|
Peralatan yang digunakan dalam pengujian Histamin antara
lain :
-
Timbangan
Analitik dengan ketelitian 0.0001 gram
-
Pisau
-
Blender
-
Wadah
plastik
-
Gelas
ukur 100 ml
-
Spatula
-
Micropipet
50 μl, 100-200 μl, dan 1000 μl
-
Labu
takar & Beaker glass
-
Tabung
reaksi 12 ml
-
Vortex
-
Sentrifuse
-
Microplate
Reader
2.5.
Prosedur Kerja
Prosedur Pengujian Histamin
yang dilaksanakan adalah Metode Rida Quick (Colorimetric
Assay for Quantitative Determination of Histamin in Fish) dengan
menggunakan Rida Screen sebagai alat pembaca. Prosedur pengujian sesuai dengan
prosedur pada buku petunjuk alat juga disesuaikan dengan hasil uji coba bersama
BBP2HP. Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagi berikut :
A. Tahap Preparasi Contoh
1. Timbang contoh secara aseptik sebanyak 25 gr, tambahkan
100 ml Aquabidest lalu di homogenisasi.
2. Pindahkan 1 gram contoh yang telah dihomogenisasi ke
dalam tabung reaksi, tambahkan 3 ml isopropanol 100%.
3. Vortex dan sentrifuse selama 3 menit dengan kecepatan
> 2000 rpm (hasil sample yang telah di vortex disebut supernatant).
B. Tahap Clean Up
4. Masukkan washing buffer (1:10) ke dalam kolom ion
exchanger sebanyak 2 ml lalu buang pada tabung penampung.
5. Tambahkan 1 ml supernatant ke dalam kolom lalu buang.
6. Tambahkan 1 ml larutan isopropanol 70% ke dalam kolom
lalu buang.
7. Tambahkan 3 ml washing buffer (1:10) buang, kemudian
tambahkan sekali lagi dan buang.
8. Ganti tabung penampung dengan tabung yang baru untuk
menampung eluent.
9. Tambahkan 0,5 ml ellution buffer ke dalam kolom ion
exchanger, tampung lalu tambahkan lagi 0,5 ml ellution buffer dan tampung
kembali dalam tabung yang sama.
10. Hasil tampungan eluent pada tabung penampung kemudian di
vortex.
C. Tahap Kolorimetri dan Pembacaan
11. Siapkan reagent pewarna dengan mencampurkan reagent
pewarna 1 dan reagent pewarna 2 dengan perbandingan 1 : 1.
12. Pipet masing-masing 50 μl standar 0.0 ppm ; 2.5 ppm; 5
ppm; 10 ppm; 20 ppm; dan 40 ppm ke dalam microtiter plate.
13. Tambahkan 150 μl ellution buffer ke dalam microtiter
plate.
14. Pipet 200 μl eluent ke dalam microtiter plate, tanpa
ditambahkan ellution buffer.
15. Tambahkan 50 μl reagent pewarna campur ke semua well yang
berisi sample dan standard.
16. Sample siap dibaca pada panjang gelombang 450 nm.
17. Sinyal pembacaan akan stabil selama 10 menit.
18. Evaluasi secara visual (semi quantitative) tanpa alat
baca dapat dilakukan.
III. HASIL PENGUJIAN
3.1 Hasil
Pengujian Pada Ikan Segar dan Olahan
Hasil dari pengujian yang telah
dilakukan terhadap ikan segar yaitu Ikan Tongkol didapat hasil pembacaan bahwa ternyata ikan
tersebut telah mengandung histamin dengan kadar histamin 20 ppm. Sedangkan untuk ikan olahan yang diuji yaitu Ikan Pindang Cakalang
didapat hasil pembacaan ternyata ikan pindang mengandung histamin dengan kadar
5 ppm. Selain menggunakan pembacaan well dengan menggunakan alat microplate
reader, pembacaan juga dapat dilakukan secara visual (semi quantitative) yaitu
dengan melihat warna pada well sampel yang dicocokkan dengan warna pada well
standard. Biasanya sampel yang mengandung histamin cukup tinggi akan menujukkan
warna kemerah-merahan yang sangat jelas.
Tabel 1. Hasil Pengujian Histamin Ikan Segar dan Olahan di Palabuhanratu.
No.
|
Tanggal Pengujian
|
Nama Sampel
|
Asal Sample
|
Hasil
|
Keterangan
|
1.
|
12 Juli 2012
|
Ikan Tongkol Segar
|
Penjual Ikan di Dermaga 2
|
Positif ( 20 ppm)
|
Layak dikonsumsi
|
2.
|
Pindang Cakalang
|
Fish Market
|
Positif ( 5 ppm)
|
Layak dikonsumsi
|
Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada ikan segar yang mengandung histamin
terdapat kesalahan penanganan selama pendaratan, pengangkutan, ataupun selama
ikan dipasarkan. Kesalahan penanganan yang paling mungkin terjadi diantaranya
adalah kurangnya pemberian es, sehingga suhu pusat ikan tidak bisa
dipertahankan < 40C. Akibat dari kenaikan suhu tersebut sangat
memungkinkan terjadinya penguraian secara dekarboksilasi (pemotongan gugus
karbon) histidin menjadi histamin dengan bantuan bakteri Proteus morganii. Kandungan
histamin inilah yang banyak menimbulkan beberapa efek samping bagi konsumen
yang memakannya. Pada batas ambang tertentu kandungan histamin pada ikan masih
dapat ditoleransi oleh tubuh kita, namun pada beberapa orang yang memiliki
alergitas yang cukup rentan kandungan histamin dapat menimbulkan alergi seperti
gatal-gatal, mual, pusing bahkan sampai muntah.
IV. KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian Histamin
pada Ikan Segar dan Olahan bulan Juli 2012 maka dapat
disimpulkan bahwa :
-
Sampel ikan segar jenis Tongkol yang diambil dari lokasi
pengambilan sampel yaitu dari penjual
ikan di Dermaga 2 PPN Palabuhanratu dan ikan olahan jenis Pindang Cakalang diperoleh hasil bahwa sampel
telah mengandung histamin dengan kadar 20 ppm (Tongkol Segar) dan 5 ppm (Pindang Cakalang), namun kadar histamin tersebut masih dapat
ditoleransi karena masih dibawah batas ambang maksimum yaitu 100 ppm.
4.2. Saran
Bedasarkan hasil pengujian yang diperoleh maka
Laboratorium Bina Mutu Hasil Perikanan PPN Palabuhanratu :
-
Tetap terus melakukan monitoring dan pengujian untuk
mengetahui seberapa besar kandungan histamin yang terkandung pada jenis ikan golongan
Scromboidae di wilayah Palabuhanratu
baik itu berupa Ikan segar maupun ikan/produk olahan.
- Melakukan sosialisasi dan
pembinaan kepada nelayan, pedagang, pengolah dan pelaku usaha perikanan lainnya
akan pentingnya menjaga sistem rantai dingin (Cool Chain System) pada ikan serta sanitasi dan hygiene selama
proses penanganan hingga distribusi agar ikan segar & produk olahan aman
dikonsumsi.
-
Memberikan informasi secara terus-menerus kepada
pihak yang terkait tentang hasil pengujian Kimia Histamin ini sehingga
diharapkan adanya tindakan perbaikan dalam rangka menjamin keamanan produk hasil
perikanan khususnya di wilayah Palabuhanratu .
Pengujian Histamin
Reviewed by Nurul Hidayat
on
April 07, 2014
Rating:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar