Di sebuah taman bunga, di tengah-tengah kota yang cukup ramai dengan penduduk dan kendaraan yang berlalu lalang, ada seorang anak laki-laki yang sedang bermain bersama ayahnya, sambil menikmati indahnya bunga-bunga yang mekar, dan kupu-kupu yang beterbangan ataupun yang sedang hinggap untuk menghisap nektar dari setiap bunga. Matahari masih terlihat malu-malu untuk menampakkan dirinya, dan embun pagi masih membasahi rerumputan dan pepohonan di taman, belum banyak aktivitas yang terlihat disekitar taman kota.
Sejuknya udara pagi seakan tak terasa, tertutup oleh hangatnya candaan diantara ayah dan anak laki-laki itu. sang ayah menceritakan banyak hal kepada si anak, dan si anak pun mendengarkan dengan seksama dan dengan penuh rasa penasaran dengan apa yang sang ayah ceritakan.
Sang anak bermain dengan sangat riangnya, berlarian kesana kemari mengikuti gerak langkah kupu-kupu yang terbang, hinggap dan terbang lagi. Ia terus berusaha untuk mengejar dan menangkap kupu-kupu itu, betapa cantiknya hewan ini, dalam fikirnya. Sang ayah yang bersama anak itu tak berbuat apa-apa, hanya memperhatikannya dari jauh. Menyaksikan kelucuan dan keceriaan anaknya mencari tahu hewan apakah yang sedang dikejarnya, sambil sesekali tersenum lebar dan tertawa melihat mimik wajah penasaran dari sang anak.
Si ayah bukannya tak mau melakukan apa-apa, tapi si ayah hanya sedang menunjukan kepada anaknya tentang kehidupan, memberikan pengetahuan tentang bagaimana mengisi kehidupan ini, bagaimana menjalani kehidupan ini, dan bagaimana memenangkan kehidupan ini.
Anak laki-laki itu masih terus bermain dengan cerianya, tak kenal kata lelah, seperti anak-anak pada umumnya. Ya karena usa anak-anak adalah waktunya mereka untuk bermain, bahkan belajar pun dengan cara bermain.
Anak itu selalu bertanya kepada ayahnya, mengenai apa yang ia temukan di taman.
Anak : ayah, itu apa? (menunjuk pada hwan yang sedari tadi dikejarnya)
Ayah : itu kupu-kupu nak.
Anak : kupu-kupu itu apa ayah?
Ayah : kupu-kupu adalah hewan kecil yang bisa terbang, ia menghisap madu dari bunga sebagai makanannya, ia tinggal di taman-taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga.
Dengan penuh rasa penasaran, anak itu terus bertanya-tanya kepada ayahnya mengenai kupu-kupu yang dilihatnya.
Anak : ayah, kenapa kupu-kupu bisa terbang?
Dengan wajah bahagia dan senyuman yang terpasang di wajahnya, sang ayah terus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh anak laki-laki itu dan menjelaskan semuanya.
Ayah : ya karena kupu-kupu punya sayap nak, kupu-kupu itu berasal dari ulat yang kemudian melakukan metamorfosis atau perubahan dengan menutupi dirinya dengan wadah yang bernama kepompong selama beberapa waktu, hingga ia berubah menjadi kupu-kupu. Kemudian setelah tubuhnya sempurna, ia berjuang sekuat tenaga untuk keluar dari kepompong itu dengan menggunakan sayapnya yang kuat, setelah berhasil keluar, tak perlu menunggu waktu yang lama kupu-kupu itu pun langsung bisa terbang, seperti yang telah kau lihat tadi nak.
Mendengar penjelasan ayahnya, sang anak semakin penasaran dengan kupu-kupu, lalu ia kembali bermain dan mencoba menangkap kupu-kupu itu lagi.
Sedang asik-asiknya mengejar kupu-kupu, tibalah si anak dibawah sebuah pohon bunga yang tak terlalu tinggi, ia melihat disana ada hewan aneh yang menggantung pada ranting pohon bunga itu.
Kemudian anak itu berlari kepada ayahnya, dan mengajak ayahnya untuk melihat hewan itu, sambil terus memperhatikan hewan itu, sang anak bertanya lagi kepada ayahnya.
Anak : ayah, hewan apakah itu? Kenapa ia sepert itu?
Sang ayah menjawab “itulah yang dinamakan kepompong nak, dari situlah kupu-kupu yang kau lihat tadi berasal.
Belum selesai sang ayah menjelaskan mengenai kepompong, kemudian anak itu berteriak seperti terkaget-kaget, “ayah lihatlah, kepompong itu bergerak-gerak ayah. Lihatlah, ada sesuatu yang akan keluar dari kepompong itu ayah”
Melihat reaksi anaknya sang ayah kembali menjelaskan, “itulah yang ayah maksud tadi nak, itu adalah ulat yang telah berubah bentuk secara sempurna menjadi kupu-kupu, ia sedang berjuang untuk keluar dari kepompong tersebut.”
Anak itu kemudian terdiam sambil terus memperhatikan kepompong yang masih bergerak-gerak itu. Ia melihat dengan seksama, betapa kerasnya perjuangan bagi kupu-kupu muda itu untuk merobek kulit kepompong dan keluar dari kepompong tersebut.
Kupu-kupu terus berusaha keluar, dengan menggunakan sayapnya, ia mendorong dan merobek kepompongnya, namun belum berhasil juga. Beberapa saat kemudian, sang anak mulai merasa iba dan tak tega melihat perjuangan kupu-kupu untuk keluar dari kepompongnya, kemudian ia menghampiri ayahnya dan meminta sebuah gunting kecil, sang ayah bertanya “untuk apa gunting kecil itu nak?” tapi si anak tidak menghiraukan pertanyaan itu dan segera bergegas kembali ke tempat dimana ia melihat kepompong tadi.
Tanpa ragu, anak laki-laki itu merobek kepompong yang di dalamnya masih ada kupu-kupu muda yang sedang berjuang untuk keluar. Ia berfikir, hal ini dapat meringankan beban kupu-kupu muda dan membuatnya dapat keluar dari kepompong dengan mudah, hingga ia dapat terbang dan menikmati keindahan dunia dengan segera.
Namun apa yang terjadi, setelah kupu-kupu muda itu keluar dari kepompongnya, kupu-kupu itu langsung terjatuh ke tanah, ia takmpu untuk terbang, seperti halnya kupu-kupu yang lain yang juga baru keluar dari kepompongnya.
Anak laki-laki itu kaget dan keheranan, kemudian ia memanggil ayahnya untuk melihat. Dengan perasaan sedih, Ia bertanya kepada ayahnya
Anak : ayah, apa yang terjadi? Aku telah membantunya untuk keluar dari kepompong, tapi kenapa ia tak mau terbang?, bukankah ia memiliki sayap seperti kupu-kupu lainnya?, kenapa ia malah terjatuh?, ada apa ini ayah?
Kemudian mendekat, mendekap erat anak laki-laki itu sambil mengusap-usap kepalanya. Dengan penuh kelembutan dan rasa kasih sayang, sang ayah menjawab.
“kau tau nak, kepompong itu adalah ujian pertama yang harus dikalahkan oleh kupu-kupu muda, sebelum ia menjalani kehidupan barunya sebagai kupu-kupu. Ketika ia berjuang dan berusaha merobek kulit kepompong tersebut, sebenarnya ia sedang melatih kekuatan kaki dan sayapnya, ia dilatih untuk bisa menjadi seekor kupu-kupu yang kuat dan gagah, yang mampu terbang tinggi setelah ia keluar dari kepompongnya. Dengan kau merobek kepompongnya, membuat kupu-kupu muda itu dapat keluar dengan mudah, ia tak merasakan betapa sulitnya merobek dinding tebal yang menyelimuti tubuhnya, ia tak dapat melatih kekuatan tubuhnya untuk kemudian menjalani hari-hari barunya sebagai kupu-kupu.
Begitu lah juga manusia nak, dalam setiap kehidupanya, akan selalu bertemu dengan yang namanya masalah, akan selalu berhadapan dengan yang namanya tantangan, karena itu biasakanlah dirimu sedari kecil untuk menerima masalah, untuk berani menghadapi masalah, untuk berfikir bagaimana menyelesaikan masalah dengan segala kemampuan yang kau miliki sendiri, agar kelak kau dapat tumbuh menjadi seorang laki-laki yang kokoh, yang tegar, yang kuat, yang tak takut untuk menghadapi masalah, yang bisa memenangkan kehidupan ini.
Anak-anak yang tak terbiasa dengan masalah, akan selalu takut dengan masalah, karena ia tumbuh dengan berbagai banyak kemudahan, ia akan menjadi orang yang lemah, yang hanya bisa mengeluh dan mengeluh ketika dihadapkan dengan masalah. Dan ayah tidak ingin kau menjadi orang yang seperti itu nak. Ayah ingin kau menjadi anak yang kuat, tidak mudah menyerah dalam proses pencapaian apa yang kau cita-citakan.
Kehidupan di dunia ini sangat keras, hanya orang-orang yang kuat dan beranilah yang akan mampu bertahan dan menjadi pemenang, berdiri di puncak kesuksesan dengan segala upaya yang telah dilakukan.
Satu lagi nak, yang namanya proses, yang namanya perjuangan itu ada yang lama dan ada pula yang sebentar, dan ketika kau dihadapkan pada proses yang lama, maka bersabarlah, kuatkan dirimu, lapangkan dadamu untuk tetap istiqomah menapaki jalan hidupmu, karena siapa yang mampu bersabar dan bertahan, maka ialah yang akan mendapatkan manisnya kelak, kemenangan yang indah, kemenangan yang patut dijadikan kebangganan, karena kemengan itu bukan karena orang lain, namun karena dirimu sendiri.”
Satu pelajaran baru telah didapatkan oleh anak laki-laki itu, dari sebuah taman bunga di tengah-tengah kota, dari seekor kupu-kupu muda yang sedang berjuang mengeluarkan dirinya dari belenggu kepompongnya. Akhirnya ia mengerti, bahwa hidup ini harus diperjuangkan sendiri, tidak bergantung pada orang lain.
Kemudian sang ayah pun mengajak anak laki-lakinya untuk pulang dan menceritakan kejadian yang ia lihat tadi kepada ibunya.
Kupu-Kupu
Reviewed by Nurul Hidayat
on
Juli 04, 2015
Rating:
Reviewed by Nurul Hidayat
on
Juli 04, 2015
Rating:


Tidak ada komentar:
Posting Komentar